Perjanjian Tordesillas |
Singkatnya Perjanjian Tordesillas adalah perjanjian yang dibuat antara Portugal dan Spanyol pada tahun 1494 di sebuah kota di Spanyol yang bernama Tordesillas. Perjanjian tersebut dibuat untuk menengahi konflik yang terjadi antara kedua negara setelah Paus Alexander VI, yang kelahiran Spanyol, membuat sebuah garis demarkasi untuk bagi-bagi wilayah pada tahun 1493.
Lha ini semua gara-garanya dimulai oleh “penemuan” Benua Amerika oleh Columbus pada tahun 1492. Columbus yang kembali pada tahun 1493 lantas mendatangi Paus Alexander VI yang pada masa itu bertindak sebagai wasit dalam segala hal di Eropa. Paus Alexander lantas mengeluarkan keputusan bahwa semua tanah-tanah baru yang ditemukan di sebelah Barat garis bujur yang terletak sekitar 300 mil laut dari kepulauan Cape Verde merupakan hak Spanyol, sedang di Timur garis itu menjadi milik Portugal.
Raja Portugal yang ndak puas dengan keputusan itu lantas mengajak Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari Spanyol untuk rundingan agar garis bujurnya tadi bisa digeser sedikitlah, biar Portugal juga bisa dapat lahan di benua baru tersebut. Akhir dari runding-runding itulah yang menghasilkan Perjanjian Tordesillas yang menggeser garis tersebut lebih ke arah Barat. Sehingga Portugal bisa mendapatkan hak atas wilayah di sebelah Timur benua baru tersebut yang sekarang merupakan wilayah negara Brazil. Ini juga bisa dipakai untuk menjelaskan mengapa di Amreka Selatan hanya Brazil yang menggunakan Bahasa Portugis sedang lainnya memakai Bahasa Spanyol. Vatikan sendiri, melalui Paus Julius II, baru mengakui perjanjian tersebut pada tahun 1506.
Jika saja bumi itu rata ndak berbentuk bola, masalahnya bisa selesai sampai di situ. Hanya saja bundernya bumi dan adanya keinginan untuk menguasai sumber rempah-rempah di Maluku bikin runyam cerita selanjutnya. Kapal-kapal Portugis akhirnya bisa sampai duluan di Maluku pada tahun 1512 di bawah pimpinan Antonio d’Abreu. Akan tetapi kemudian Ferdinan Magellan yang sebenarnya orang Portugis tetapi membelot ke Spanyol berhasil mencapai Philippina pada tahun 1521 dengan kapal-kapal berbendera Spanyol. Magellan juga mengatakan bahwa Maluku yang merupakan sumber rempah-rempah itu ada di bagian wilayah miliknya Spanyol. Nah lo, gara-gara baru ini.
Akhirnya setelah eker-ekeran ndak karu-karuan sebuah perjanjian baru dibuat, Perjanjian Zaragoza yang ditanda tangani pada tahun 1529. Intinya pada perjanjian ini bumi dibagi dua dengan garis pembagi menggunakan bujur dari Perjanjian Tordesillas yang diputer kumplit mengelilingi bumi. Berdasarkan perjanjian ini Maluku dan tanah-tanah lain di sebelah Barat Samudra Pasifik dimiliki oleh Spanyol akan tetapi Spanyol mau melepas klaim atas Maluku dan memberikannya kepada Portugal dengan bayaran 350.000 dukat emas.
Garis batas bagi-bagi bumi ini dalam kenyataannya tidak ditaati secara apa adanya. Spanyol masih mengangkangi Philippina, toh Portugal juga ndak berkeberatan karena ndak ada rempah-rempah di Philippina.
Acara bagi-bagi bumi jaman dahulu ini pengaruhnya masih tersisa hingga kini. Lihat saja kebudayaan di Amerika Selatan dan Philippina yang terpengaruh Spanyol, sementara Portugal meninggalkan pengaruh di Brazil, beberapa negara Afrika, Timor Leste dan Maluku.
Lha kok enak bumi dibagi-bagi buat dua negara itu saja? Pada jaman itu dua negara itulah yang boleh berjuluk super power dunia. Itu yang namanya penghuni asli cuma boleh nurut, kalau ndak ya dibedil. Inca, Aztec dan Maya di Amerika Tengah dan Selatan luluh lantak karena mesiu dan penyakit seperti sipilis dan cacar yang dibawa oleh orang-orang Spanyol. Sementara wilayah yang dikangkangi Portugis didera kemiskinan hebat.
Sekarangpun walau lebih samar bentuknya, pembagian dunia masih berlangsung dengan dahsyat. Hanya saja, kalau dulu para super power itu mencari restu dan dukungan dari kalangan agama, para super power masa kini mencari dukungan dari para pedagang.
No comments:
Post a Comment