Islam dan Sepakbola Eropa

Tuesday, February 22, 2011

Mesut Ozil
 

Mesut Ozil, Baca Alqur`an Sebelum Tanding
Lepas dari aksi para pemain naturalisasi yang berasal dari keluarga imigran. Mesut Ozil, pemain bernomor punggung 8, adalah salah satu di antaranya. Pria kelahiran Jerman berusia 21 tahun ini berasal dari keluarga imigran asal Kota Zonguldak di Utara Turki. Ia memiliki kemahiran dan improvisasi tinggi di tengah lapangan.
Kepiawaiannya itu membuat Jerman tak perlu khawatir dalam penguasaan lapangan tengah. Tidak hanya Ozil, bahkan kakaknya, Mutlu juga merupakan seorang pemain sepak bola yang tampil untuk klub Heßler 06 di Gelsenkirchen.
Pria yang lahir pada 15 oktober, 21 tahun silam ini, tengah terikat pertunangan dengan Anna-Maria Lagerblom, yang merupakan saudara perempuan dari penyanyi Sarah Connor, yang menyatakan ke islamannya pada Juni 2010 mengikuti keyakinan Ozil yang merupakan seorang muslim yang taat. Ozil pernah dipergoki tengah membaca Alqur’an sebelum bertanding di ruang ganti pemain.
Mesut Ozil yang berwarga negara Jerman adalah beragama Islam. Walaupun dibulan Ramadhan ia tak meninggalkan kebiasaanya berdoa dan membaca Al Qur’an. Sesibuk apapun ia selalu berusaha untuk membaca Al Qur’an.
Bahkan ketika akan menghadapi pertandingan Piala Dunia di Afrika Selatan beberapa waktu yang lalu ia selalu membaca ayat-ayat suci agama yang diyakininya itu. Jika sedang membaca Al Qur’an, dirinya yang juga keturunan Turki ini menjelaskan bahwa teman-temannya juga sudah maklum untuk memberikan kesempatan buatnya menyelesaikan bacaan dan tidak buru-buru mengajaknya berbincang-bincang.
Sebagai seorang Muslim, Mesut Ozil merasakan bulan Ramadhan saat ini memberikan banyak keberkahan tersendiri, karena dibulan Ramadhan tahun inilah pamornya makin berkibar dipentas sepakbola Eropa. Pemain yang gemar membaca Al Qur’an ini dibayar mahal oleh klub raksasa Spanyol, REAL MADRID.
 
Frederic Kanoute

 

Kombinasi Islam dan Sepak Bola Frederic (Oumar) Kanoute
Frederic (Oumar) Kanoute
 
Penggemar sepak bola La Liga Spanyol mungkin tak asing dengan nama Frederic Kanoute, striker asal Mali. Pemain bertubuh jangkung ini adalah penyerang hebat yang bermain di klub Sevilla. Ia memperkuat klub tersebut sejak musim panas 2005 hingga sekarang. Selama lima musim bergulir, lebih dari 80 gol dia ciptakan ke gawang lawan. Bahkan, dalam beberapa musim terakhir, namanya selalu berada di barisan teratas top skor (el Pichichi) Liga Spanyol.
Nama Kanoute semakin mendapat perhatian seusai ia mencetak gol ke gawang Deportivo La Coruna dalam kejuaraan Copa del Rey (Piala Raja) pada 7 Januari 2009 silam. Ketika itu, seusai bikin gol, ia membuka jersey (kaus)-nya dan menunjukkan tulisan Palestina dalam berbagai bahasa, termasuk Arab.
Kanoute menjadi satu-satunya pesepak bola Muslim di Eropa yang menunjukkan dukungannya langsung di lapangan dalam sebuah pertandingan resmi atas tragedi Palestina. Ia tampak begitu emosional ketika itu. Ia berlari-lari menuju kamera TV dan para fotografer untuk mengambil fotonya sambil meminta Israel dan Amerika Serikat maupun sekutunya menghentikan agresinya terhadap Palestina. Bahkan, pada pertandingan lainnya, ia juga sempat menunjukkan sikapnya yang tegas terhadap Israel.
Itulah Frederic Kanoute. Dia adalah salah seorang pesepak bola yang beragama Islam. Apa yang ditunjukkannya itu merupakan kecintaannya pada Islam dan umat Islam. Siapa pun yang berani menginjak-injak kehormatan Islam, Kanoute akan berada di garda terdepan untuk menyuarakannya. Tentu saja, cara yang ditunjukkannya dengan cara yang damai dengan prestasi gemilang di lapangan hijau.
Pria asal Mali ini lahir di Sante-Foy-Les, Lyon, (Prancis), pada 2 September 1977. Kariernya sebagai pemain sepak bola dimulai saat bermain sebagai striker di klub lokal Prancis, Olympique Lyonnais, pada 1997-2000. Setelah itu, dilanjutkannya di West Ham United pada 2000-2003. Saat bermain di West Ham, Kanoute tampil di 84 laga dan berhasil mencetak 29 gol.
Kanoute­ --panggilan akrabnya-- ­lahir di Sainte Foy-les-Lyon, kawasan metropolitan di pinggiran Lyon, kota terbesar kedua di Prancis setelah Paris. Ayahnya adalah warga negara Mali, negara yang bentuknya seperti kupu-kupu. Ia menetap di Paris saat berusia 21 tahun dan menjadi pekerja pabrik. Sang ayah menikah dengan perempuan Prancis, seorang profesor filsafat­ ibu Kanoute. Pendidikan menjadi hal penting di keluarga mereka.
Menjadi Muslim Kanoute muda mengenal Islam dari lingkungannya yang banyak dihuni para imigran dari Afrika bekas jajahan Prancis. Karena tertarik, dia lantas mencari buku-buku rujukan. Tepat pada tahun pertama memulai karier profesional bersama Lyon, musim 1997/1998, saat usianya 20 tahun, dia mengucapkan kalimat syahadat. Namanya lantas berganti menjadi Frederic berganti menjadi Fr Oumar Kanoute.
Dia kemudian menikahi perempuan keturunan Mali, Fatima. Mereka telah dikaruniai dua putra: Ibrahim, 7 tahun dan Iman, 5 tahun 6 bulan. Ia mengaku sudah menghabiskan banyak waktu merenung mengenai kepercayaan dan agama. "Keputusan saya bukan tanpa alasan. Saya sudah menghabiskan banyak waktu merenung mengenai kepercayaan dan agama.
Islam mampu membuktikan dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan sulit soal hidup. Saya membaca dan terus membaca sehingga akhirnya yakin telah melakukan sesuatu yang benar," tuturnya. Singkatnya, melalui Islam, katanya, Kanoute menemukan jawaban, keseimbangan, dan perdamaian.
Bahkan, dengan kecintaannya yang teramat besar kepada sepak bola, Kanoute tetap meyakini ada sesuatu yang lebih penting dalam hidupnya. "Saya pikir ada sesuatu yang lebih besar dibandingkan sepak bola. Tapi, bukan berarti sepak bola tak penting. Yang jelas saya mendapat pencerahan saat menjadi Muslim. Aturan dan hukum Islam menjadi model terbaik saya dalam menjalani hidup. Islam membantu saya menjalani hidup yang benar," tegas Kanoute.
Namun demikian, bukan tanpa halangan ketika Kanoute memutuskan memeluk Islam. Apalagi di saat berbagai media internasional sedang gencar-gencarnya memberitakan bahwa Islam sangat berbahaya dan memicu aksi terorisme. "Situasinya memang sangat sulit," ungkap Kanoute.
Tetapi, dengan hati yang teguh, dia selalu menjawab bahwa mereka yang terlalu fanatik dan berbuat teror hanyalah segelintir umat Islam di dunia. Bukan berarti publik, kata dia, bisa menghakimi seluruh umat Islam. Sebab, dalam hatinya meyakini bahwa Islam selalu mengajarkan pemeluknya untuk hidup dengan benar dalam perdamaian.
Umat Islam, termasuk dirinya, lebih sering mendengar dan membaca banyak omong kosong tentang Islam. Media, kata dia, telah membuat rasa takut terhadap Muslim. George Bush pun, tambahnya, telah menggunakan alasan terorisme untuk menyerang Irak dan Afghanistan
Sikapnya yang keras dalam membela Islam itu, diakui Frederic, membuat dia dihina oleh para pemain sepak bola lainnya. "Ya dan beberapa dari mereka masih bermain di Spanyol," katanya.
Namun, terkait hal ini, ia menyatakan siap untuk menghadapi apa pun dan tidak akan beranjak sedikit pun meninggalkan Islam. Seolah ingin memantapkan posisi keislamannya, Kanoute juga menerapkan perilaku Islami saat bertemu publik, baik di ruang pers maupun saat latihan di tempat latihan Spurs di Chigwell.
Pemain yang murah senyum dan berbicara hati-hati ini tak mengikuti gaya para pesepak bola Inggris yang gemar mengenakan anting berlian, mengecat rambut, dan mengendarai mobil mewah. Sikap keislamannya juga terlihat dari perilaku Kanoute yang dikenal sebagai pesepak bola Muslim yang taat.
Ia kerap melakukan shalat lima waktu di ruang ganti ketika pertandingan berjalan, tetap berpuasa dalam pertandingan dan latihan di bulan Ramadhan. Dia juga tidak meminum bir, menyelamatkan sebuah masjid di Sevilla, dan meminta kostum khusus tanpa sponsor karena Sevilla --klub tempat ia bernaung ketika itu disponsori oleh rumah judi.

 
Kolo Toure

 

Kolo Toure, Pesepak Bola Yang Juga Guru Mengaji
Ternyata menjadi pemain sepakbola terkenal dan bergaji mahal tidak membuat Kolo Habib Toure lupa akan tugasnya yang lain sebagai Muslim yaitu berdakwah, mengajarkan murid-muridnya yang beragama Islam di masjid London membaca Al Qu'an
Bek tengah asal Pantai Gading yang sekarang membela Manchester City ini merupakan seorang pemeluk Islam yang taat, di samping ia juga memiliki kekuatan serta fisik yang tangguh. Karena itu pada bulan Ramadahan ini, ia tetap menjalankan puasa seperti halnya umat Muslim di seluruh dunia.
Sebelum bergabung di Manchester City, klub terkaya di Inggris milik billioner asal Uni Emirat Arab Syaikh Al Mansoor, Kolo Toure merupakan pemain The Gunner Arsenal yang bermarkas di London, saat bermain dengan Arsenal itulah, di waktu senggang dari pekerjaanya ia mengajarkan anak-anak Muslim yang tinggal di dekat masjid London yang memang berdekatan dengan kandang The Gunners Emirates, mambaca Al Qur'an.
Meskipun sekarang telah pindah ke Manchester, Toure tetap tidak melupakan anak-anak asuhnya, dengan mengedarai mobil, di sela-sela kesibukannya bermain membela Manchester City, ia tetap meluangkan waktu untuk membagi ilmunya, mengajarkan mereka membaca Al Qur'an. Sebuah kepedulian yang patut di contoh oleh setiap Muslim.

 
Samir Nasri

 

Samir Nasri Baca Al-Fatihah sebelum Tanding
Saat ini skuad Prancis memang banyak dihuni pemain-pemain Muslim. Mulai dari Karim Benzema, Franck Ribery, Hatem Ben Arfa, Nicolas Anelka, dan tentunya Samir Nasri.

Pemain yang dijuluki The New Zidane ini tampak selalu menengadahkan tangannya sesaat sebelum pertandingan layaknya umat Muslim. Saat melaksanakan ritual itu dia memanjatkan doa dan Al-Fatihah meminta kepada Allah SWT agar diberi kemudahan dalam bertanding.

Namun, tidak seperti rekannya Benzema dan Anelka, dia memilih untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadhan lalu. Cuaca yang panas dan kompetisi yang padat membuat dia merasa tak sanggup untuk berpuasa.

“Aku tidak akan berpuasa pada bulan Ramadhan. Berpuasa sulit dilakukan saat musim panas. Dan dengan pertandingan demi pertandingan yang akan dijalani, itu tidak baik bagi tubuh,”.
 
Philippe Troussier

 

Philippe Troussier Ajak Istri Bersyahadat
Pada 21 Maret 2005, lalu puluhan surat kabar di Maroko menulis mantan pelatih tim nasional Maroko, Philippe Troussier dan istrinya Dominic Matteo, resmi memeluk agama Islam dan menjadi mualaf.
kedua pasangan ini mengucapkan kalimat syahadat, Troussier kemudian mengubah namanya menjadi Omar sedangkan isterinya Dominic menjadi Aminah. Kabar ini tentu saja bukan kejutan. Pasalnya sejak lama Troussier memang mempelajari agama yang disebarkan oleh Nabi Muhammad Saw ini. Salah satu petinggi klub El Fathi Riyadi-Rabat, Mohammaed El Homrani, yang juga sahabat dekat Troussier juga senang dengan keputusan Troussier ini.
El Homrani menyatakan, Troussier menghubunginya dan mengatakan, “Saya sudah mengucapkan syahadat bersama istri saya.”
Hal ini diperkuat dengan dua saksi dari Pengadilan Agama yang diminta Troussier untuk membimbing melafalkan, dua kali kalimat syahadat. El Homrani mengomentari bahwa kedua ucapan tersebut adalah bentuk syahadat yang benar dan memiliki arti dan tujuan sama.
Dengan masuk Islamnya Troussier dan istri, bagi El Homrani merasa gembira dan berita itu baginya bukanlah sebuah kejutan karena El Homrani tahu pasti bahwa selama ini Troussier memiliki keinginan untuk mempelajari kewajiban dan ajaran pokok agama Islam. ”Sayalah yang mengajari dia pengucapan dua kalimat syahadat sehinga dia hapal di luar kepala walaupun dia masih belum fasih dalam pengucapannya,” kata Homrani.

Senang dengan Nama Baru
El Homrani mengatakan bahwa perubahan nama pangilan dari Troussier ke Umar dan Dominic ke Aminah sangat disenangi kedua mualaf tersebut. Sekarang, Umar Troussier tinggal di distrik Souissi, salah satu distrik yang dihuni orang-orang kaya di Rabat-Maroko.
Sang Dukung Putih (julukan Troussier) ini juga mengadopsi dua anak yatim-piatu warga negara Maroko dan dia mulai melakukan kewajibannya sebagai seorang Muslim.
Kontrak Troussier bersama La Fédération Royale Marocaine de Football –FRMF (Federasi Sepak Bola Maroko) batal, setelah federasi ini kekurangan uang.
Philippe Troussier sempat membawa Jepang menjadi juara Asia tahun 2000 dan berhasil mengantarkan Jepang melaju hingga ke putaran kedua Piala Dunia 2002, hingga Zico, mantan pemain terkemuka Brasil mengantikannya sebagai pelatih Timnas Jepang.

Marouane Chamakh

 

Pemain Muslim Kelima di Arsenal
Pesepakbola internasional Maroko dan sekaligus pencetak gol terbanyak FC Bordeaux Perancis lalu, Marouane Chamakh, merupakan pemain Maroko dan Arab pertama yang begabung dengan Arsenal setelah diumumkan oleh club Inggris Jum’at lalu. Chamakh bersama klub barunya akan mengenakan kostum nomor pungung 29 sebagaimana dia biasa pakai saat bersama klub lamanya.
Dengan bergabungnya ke Arsenal, Chamakh tercatat sebagai pemain Maroko kedua setelah rekannya Nabil Dirar merumput di empat klub raksasa Inggris, Manchester United, Liverpol, Chelsea, dan Arsenal. Chamakh juga tercatat sebagai pemain muslim keenam di Arsenal setelah Armand Traore, Bacary Sagna, Samir Nasri, dan Abou Diaby.
Marouane Chamakh menandatangani kontrak panjang dengan klub gudang senjata, namun tidak diketahui berapa nominal transfernya dan berapa gaji bulanannya. Namun media masa Inggris memberitakan bahwa kontrak Chamakh senilai 12 juta euro dan gaji bulanan sekitar 250 ribu euro.

 

Eric Abidal

 

Eric Abidal: Islam Menjadi Penyemangat
Dia memeluk Islam dengan keyakinan penuh. Prestasinya di lapangan hijau pun semakin mengkilat.
Islam memberi inspirasi kepada setiap orang. Agama yang diturunkan kepada seluruh umat manusia ini memberikan tempat terbaik kepada siapa saja yang berusaha dan bekerja keras untuk mencapai prestasi dalam bidang yang diminatinya.
Tidak terkecuali dengan pesepakbola Eric Abidal. Pencinta bola pasti sangat kenal dengan palang pintu tim nasional Prancis ini yang sekarang merumput di Barcelona.
Dia termasuk barisan belakang yang sulit untuk dilewati oleh penyerang lawan. Keahliannya memotong bola lawan yang mengancam gawangnya merupakan kelebihan tersendiri. Eric juga sangat kuat dalam memenangkan duel di udara.
Ia, yang lahir pada 11 Juli 1979 di Lyon, Prancis, sebelumnya seorang pemeluk agama Katolik. Namun setelah menikah dengan wanita Aljazair, dia memeluk agama Islam dengan tambahan nama Islam Bilal, sehingga panjangnya Eric Bilal Abidal.
Sebenarnya, sejak memeluk Islam, Eric Abidal menjadi muslim yang taat, tidak pernah melupakan shalat. Apalagi di Nou Camp, markas Barcelona, ada beberapa pemain yang juga beragama Islam, yakni Seydou Keita, Yaya Toure, dan Thierry Henry. Namun, ketika Ramadhan tiba, karena jadwal kompetisi yang amat padat, mereka pun memutuskan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di luar bulan Ramadhan.
Eric Abidal memulai karier profesionalnya bersama AS Monaco, 16 September 2000, dia 22 kali tampil bersama skuad utama Monaco. Setelah itu dia pindah ke Lille OSC. Di klub inilah dia bereuni dengan mantan pelatihnya, Claude Puel, dan 62 kali membela Lille.
Di akhir tahun 2004, dia kembali asalnya, bergabung dengan Lyonnais, julukan untuk klub Lyon. Dia meraih dua gelar Ligue 1 berturut-turut selama dua musim. Selama kariernya di Prancis, dia dikenal sebagai salah satu bek terbaik di Ligue 1.
Di Lyon, dia bermain bersama kiper Gregory Coupet, Francois Clerc, dan Anthony Reveillere, dan dua pemain Brazil, Cris dan Cacapa.
Pada 30 Juni 2007, Eric Abidal pindah ke Barcelona dengan nilai transfer 15 juta euro, setelah menyatakan dirinya tidak akan berlatih jika dia tidak diizinkan pindah ke Barca. Di Nou Camp, dia menggunakan nomor punggung 22, pasalnya nomor 20, yang dia kenakan di Lyon, telah dipakai oleh pemain Barcelona asal Portugal, Deco, yang kini telah pindah membela Chelsea.
Sejak itu, Eric Abidal menjadi pemain pilar Barca. Presiden Barcelona Joan Laporta menyatakan, kontrak Eric Abidal bernilai 90 juta euro, dengan klausul pelepasannya, dan Lyon akan menuai bonus sebesar 500.000 euro, jika Barca menuai gelar Liga Champions, untuk empat tahun ke depan. Dan itu terjadi di tahun 2008 setelah mengalahkan Manchester United di Roma.

Nicholas Anelka


 

Di Perancis, Mereka Terpaksa 'Bersembunyi' termasuk Nicholas Anelka
Menjadi Muslim ternyata tak selalu menjadi pilihan mudah.
 
Setidaknya, itulah yang dialami sebagian umat Islam di Prancis. Tak jarang, agar tak diperlakukan diskriminatif, seorang mualaf harus diam-diam atau sembunyi-sembunyi dengan agama barunya tersebut. Padahal, tulis situs Islamonline, ribuan warga Prancis memeluk Islam setiap tahunnya
Sebagian besar Muslim baru di Prancis bakal berpikir dua kali sebelum memutuskan mengumumkan keyakinan baru mereka karena khawatir akan mendapat perlakuan diskriminatif dari keluarga atau rekan mereka,'' kata Maqali Snebat, juru bicara League of French Muslim Women.
Nicolas Anelka menjadi contoh yang dipilih Snebat. Bintang lapangan hijau ini terpaksa memendam identitasnya sebagai Muslim selama empat tahun. Sayangnya, kekhawatiran Anelka terbukti. Pria yang sempat bermain untuk Paris Saint-German, Arsenal, Real Madrid, Liverpool, dan Manchester City, akhirnya harus hengkang. Ia harus bergabung dengan liga Turki karena mengalami pelecehan bertubi-tubi. (Sekarang bermain di Chelsea)
Snebat menyesalkan sikap Prancis yang pukul rata dalam menilai mualaf seperti Muriel Degauque dan Patrique Cherif. Setelah memeluk Islam, Degauque yang asal Belgia ini meledakkan diri dalam iring-iringan patroli polisi Irak. Sedangkan Cherif pergi ke Afghanistan dan tewas di negeri itu. ''Kita tidak bisa menempatkan semua Muslim baru dalam satu keranjang,' kata Snebat yang memeluk Islam, sembilan tahun silam. ''Ini masalah pilihan pribadi, apakah akan menjadi ekstrim atau memilih sedang-sedang saja.'' Di lain pihak, Prancis memiliki acuan sendiri. Pascal Maylos, kepala French Information Service, mengatakan dalam wawancara baru-baru ini dengan harian Le Monde bahwa dari ribuan warga Prancis yang masuk Islam, sekitar 1.600 di antaranya bergabung dengan kelompok ekstrimis.
Keprihatinan lainnya adalah penelitian terakhir yang menyebutkan bahwa ada 22 warga Prancis yang bergerak bersama kelompok perlawanan di Irak. Tujuh orang di antaranya tewas dan tiga orang lainnya dalam tahanan pasukan pendudukan Amerika Serikat. Tantangan ini membuat sejumlah ulama di Prancis akhirnya merumuskan fatwa tersendiri untuk mualaf Prancis. Fatwa ini memutuskan, seorang mualaf dapat menyembunyikan dulu identitas sebagai Muslim jika khawatir akan ditolak oleh anggota keluarga, rekan, atau pelecehan dalam hal keamanan.
Kepedihan tak berhenti di situ. Banyak warga Arab dan Muslim yang terpaksa mengubah nama dan menyembunyikan asal-usul mereka. Semua itu dilakukan demi menghindari perlakuan diskriminatif dari polisi atau pun bos mereka di tempat bekerja. Riset dari French Observatory Against Racism di Sorbonne awal tahun ini mengngkap bahwa nama berbau Arab dan warna kulit gelap menjadi batu sandungan dalam mencari pekerjaan.

Harus bangga

Namun terancam pelecehan atau diskriminasi bukan berarti kehilangan rasa bangga. Itu kata Snebat. Menurutnya, seorang mualaf harus bangga pada Islam dan tak usah menutup-nutupi soal ibadah mereka. ''Ada banyak contoh Muslim Prancis yang baru masuk Islam, yang meraih kehormatan di salah gerbang sekulerisme Eropa ini,'' kata Snebat.
Snebat mencontohkan Eric Geofroy, seorang profesor terkemuka di Strasbourg University. Ia memiliki reputasi terhormat di hadapan rekan-rekannya. ''Ia dihormati Menteri Dalam Negeri Nicolas Sarkozy, yang menawari ia keanggotaan istimewa dalam Dewan Prancis untuk Agama Islam (CFCM),'' tutur Snebat. Namun itu pun bukan satu-satunya contoh teladan. Banyak Muslim lain yang menjadi panutan bagi generasi muda dan Prancis secara umum, seperti komedian kondang Jamel Debbouze.
''Saya bangga menjadi Muslim. Saya berpuasa di bulan Ramadhan, saya tidak pernah minum alkohol, dan tidak merokok. Saya tidak pernah berpikir untuk menggunakan narkoba,'' begitu kata-kata yang selalu diucapkan Debbouze saat diwawancarai televisi. Itulah sekelumit kehidupan Muslim Prancis. Jika mereka bisa bangga, apalagi bagi umat Islam di Indonesia --negara berpenduduk Muslim terbesar dunia. Mayoritas tak mesti menindas, minoritas pun tak boleh tertindas.

Sulleyman Ali Muntari


Lahir di Konongo, 27 Agustus 1984, gelandang Ghana Sulleyman Ali Muntari diberkahi talenta yang luar biasa. Seperti halnya umat muslim lainnya, Muntari juga menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan tahun ini.
MILAN–Mantan pemain Udinese ini tidak hanya dikenal sebagai gelandang yang agresif, namun sosoknya layak ditiru pemain-pemain muslim lainnya yang tampil di pentas Eropa, khususnya bersama I Nerazzurri (julukan Inter Milan)
Sebagai pemain sepak bola Inter Milan, Muntari langsung menjadi anak asuh kesayangan pelatih Jose Mourinho, begitu dia dibeli dari Portsmouth, dua musim silam.
Namun yang menjadi daya tarik tersendiri adalah ketika dia merayakan golnya dengan menampilkan sosok muslim sejati. Ketika Inter Milan mengalahkan Juventus 1-0 di ajang Seri A, lewat gol Muntari, dia langsung bersujud, menyentuhkan dahinya ke lapangan sebagai ucapan terima kasih kepada Allah SWT.
Dan sama sekali tidak ada yang komplain dengan aksi Muntari ini, tidak juga oleh tifosi garis keras Inter, dan rekan satu timnya. Kebebasan menjalankan ibadah bagi Muntari adalah segalanya, dan itu dihormati oleh manajemen Inter.

Disambut Muslim Italia

Tidak heran jika Muntari mendapatkan sambutan yang positif dari muslim Italia, setelah merayakan golnya dengan bersujud.”Bukan karena kami mendukung Inter, tapi kami adalah Muslim, kami tidak bisa melakukan apapun kecuali bersujud ash shukr. Sulley Ali Muntari mengingatkan kita semua betapa besarnya Allah, bahkan di lapangan sepak bola,” kata laman Italian Muslim, Islam Online.
“Kami yakin, Muntari bisa menjadi contoh penting bagi ribuan anak muda Islam, untuk bisa ambil bagian penting dari olahraga di Italia,” papar Direktur Islam Online.it, Hamza Piccardo dalam wawancaranya dengan Adnkronos International.
Prosesi sujud, biasanya dilakukan ketika salat, melibatkan hidung, dahi, tangan, lutut dan jari kaki menyentuh tanah bersamaan. Sujud merupakan ucapan terima kasih yang dilakukan Nabi Muhammad, ketika dia mendengan kabar bagus yang membuatnya senang.

No comments:

Post a Comment


 
© Copyright 2011-2012 Simoncelli MotoGP All Rights Reserved.
Template Design by Simoncelli MotoGP | Published by Bloggers Templates | Powered by Blogger.com.