MotoGP – Hari ini (4/5/2011) Jorge Lorenzo genap berusia 24 tahun. Dalam usia yang masih tergolong muda itu ia telah meraih 3 gelar juara dunia Grand Prix. Dua diraihnya di kelas 250cc (2006-2007) dan satu lagi di kelas puncak MotoGP (2010).
Perjalanan Karir
Jorge Lorenzo lahir di Palma de Mallorca pada 4 Mei 1987. Karir GP-nya dimulai bersama Derbi pada tahun 2002 di kelas 125cc. Debutnya berakhir dengan 21 poin dan berada di posisi ke-21 di kelasemen akhir. Lorenzo tetap di kelas 125cc hingga 2 tahun berikutnya. Hasil terbaiknya adalah posisi ke-4 kelaseman pada tahun 2004.
Musim 2005, Lorenzo naik ke kelas 250cc bergabung dengan team Fortuna Honda. Dengan prestasi 6 kali naik podium (4 runner-up, 2 podium ke-3) ia menyelesaikan musim perdananya di kelas 250cc di peringkat ke-5.
Karir balapnya melonjak drastis setelah bergabung dengan pabrikan Aprilia (dengan membawa serta sponsor) di musim 2006. Jika saat bersama Honda tak sekalipun memenangkan race, di musim ini Lorenzo sukses meraih 8 kemenangan. Tahun inilah pertama kalinya rider Spanyol itu meraih mahkota juara dunia.
Tahun berikutnya, Lorenzo memutuskan bertahan di kelas 250cc. Masih dengan Aprilia, ia sukses mempertahankan gelar juara dunianya dengan 9 kali kemenangan dan total 312 poin.
Merasa sudah mampu mendominasi, di musim ini Lorenzo mulai “bertingkah”. Seperti merayakan kemenangan dengan menancapkan bendera Lorenzo’s Land, bergaya ala prajurit Romawi dan juga membawa “kembarannya” ke lintasan.
Sukses menjadi juara dunia 250cc dua musim berturut-turut akhirnya berhasil membawanya naik ke kelas puncak pada tahun 2008. Tak tanggung-tanggung, rider berjuluk X-Fuera itu langsung dipinang oleh pabrikan Yamaha untuk disandingkan dengan Valentino Rossi.
Debut The Mallorca di kelas primer terbilang cukup sukses. Dia sudah berhasil meraih kemenangan di seri ke-3 yang berlangsung di sirkuit Estoril-Portugal. Kemenangan pertama dan terakhirnya di musim itu. Total enam kali naik podium dan nangkring di posisi ke-4 kelasemen akhir. Gelar Rookie of The Year lantas jatuh ke tangannya.
Berbekal pengalaman satu musim di kelas primer, Lorenzo menjadi rival utama Rossi di musim 2009. Namun karena skill dan mentalnya masih kalah jauh dari sang team-mate, Por Fuera harus puas mengakhiri musim keduanya di kelas MotoGP sebagai runner-up.
Jorge Lorenzo semakin matang di tahun 2010. Dua tahun beradaptasi dengan Yamaha YZR-M1, Lorenzo tampil dominan di musim ini. Apalagi ditambah absennya dua rival utamanya, Valentino Rossi dan Dani Pedrosa di beberapa seri karena mengalami cedera. Lorenzo pun tak terbendung untuk meraih gelar juara dunia pertamanya di kelas puncak dan gelar juara ketiganya di semua kelas.
The Crasher & Bad Boy
Masih segar dalam ingatan kita, debat terbuka yang terjadi antara Lorenzo vs Simoncelli di seri Estoril lalu. Nggak salah apa yang dikatakan Simoncelli, gaya balap Lorenzo dimasa lalu tak kalah agresif dibanding dirinya. Lorenzo bahkan pernah kena diskualifikasi pasca insiden GP Motegi 2005 yang melibatkan Alex de Angelis. Seri berikutnya di Sepang, iapun terpaksa hanya jadi penonton.
Urusan crash, Lorenzo juga “ahlinya”. Jika dihitung-hitung, jumlah kecelakaan yang dialaminya pasti lebih banyak dibandingkan jumlah kemenangan yang pernah diarihnya. Namun, semua itu berubah drastis sejak musim 2010. Lorenzo bermetamorfose sebagai rider taktis. Dia bukan lagi seorang rider yang selalu memaksakan diri untuk menang dengan prinsip “do or die!”
Kehadiran Wilco Zeelenberg sebagi manager bisa jadi merupakan salah satu faktor penyebab perubahan itu. Hasilnya memang tak mengecewakan. Di musim 2010, Lorenzo menjadi satu-satunya rider yang selalu start dan selalu berhasil finish minimal di posisi ke-4.
Perubahan ini lantas melahirkan cap bahwa dirinya adalah seorang rider yang cuma mau cari aman dan nggak berani fight. Namun, dengan prestasi 9 kali juara seri, 5 kali runner-up, serta podium ke-3 dan finish ke-4 masing-masing 2 kali rasanya kurang tepat jika dia dibilang cuma main “safe“.
Tudingan miring lain apalagi kalau bukan juara dunia hanya berkat keberuntungan dan bermodal motor yang sudah dikembangkan secara sempurna oleh Valentino Rossi.
Apapun kata orang, Jorge Lorenzo tetap akan dikenang sebagai salah satu juara dunia MotoGP. Dan andaikan tahun ini dia tak amampu mempertahankan titel juaranya, setidaknya kemenangan yang diraihnya pada seri Jerez lalu sudah cukup membuatnya lebih baik dibandingkan Alex Criville, Kenny Roberts jr maupun Nicky Hayden. Tiga mantan juara dunia yang tak sekalipun mampu meraih kemenangan setelah berhasil merebut mahkota di kelas puncak (GP500/MotoGP).
No comments:
Post a Comment